5 Cara Sederhana Dukung Merdeka Belajar dengan Bahagia

Sebagai guru kita pasti ingin pendidikan maju. Lalu bagaimana sikap kita saat ada kebijakan baru? Program Merdeka Belajar diluncurkan agar guru Indonesia semakin bermutu. Siapkan guru untuk itu? Apa saja yang bisa dilakukan oleh guru? Menyambutnya dengan seru atau malah menggerutu?

 

Merdeka Belajar merupakan sebuah ikhtiar untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Hingga sekarang Indonesia telah mengalami pergantian kurikulum sebanyak 11 kali. Mengapa kurikulum sering berganti?

Kebijakan kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu. Nah, pada sekarang ini Kurikulum Merdeka diberlakukan untuk sesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Ibaratnya kita sebagai guru, masyarakat akar rumput, mau tidak mau harus menerima kebijakan ini. Namun di sisi lain kita harus sadar bahwa penerapan kebijakan merdeka belajar ini sangat penting untuk perubahan pendidikan di Indonesia.

Mereka belajar memiliki esensi yang mulia. Saya yakin pendidikan Indonesia semakin maju dengan penerapan kurikulum Merdeka. Ada beberapa hal keunggulan Kurikulum Merdeka.

Pertama, lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum ini akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Kedua, tenaga pendidik dan peserta didik akan lebih merdeka karena bagi peserta didik, tidak ada program peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Sedangkan bagi guru, mereka akan mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik. Ketiga, sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.

Jika diterapkan dengan baik maka pendidikan akan semakin maju. Di kurikulum Merdeka-lah, sekolah bisa mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakter warga sekolahnya. Kapan lagi sekolah punya kesempatan seperti ini kalau bukan di Kurikulum Merdeka?

 

Ada 4 respon dalam menerima kebijakan. Pertama, tidak ada pendapat dan hanya ikut saja. Kedua, menyampaikan keberatan. Bahkan secara terbuka dan terang-terangan. Ketiga, berusaha agar gagal diterapkan. Keempat, menerima dan memanfaatkan perubahan. Nah, pembaca termasuk yang mana? Saya merasakan Merdeka Belajar ini kebijakan yang bagus. Maka saya pun mendukungnya dengan tulus. Apa saja yang saya lakukan dalam mendukungnya?

1. Mendorong Pemahaman Makna Belajar

“Kalau kalian tidak menguasai semua materi di buku itu tidak apa-apa. Kalau menguasai semua materi ya bagus. Intinya Bapak tidak menuntut kalian paham dengan semua materi. Karena tidak semua suka matematika. Tapi Bapak harap kalian menguasai dasar-dasar matematika yaitu kalibataku. Apa itu kalibataku? Kepanjangan dari kali, bagi, tambah, dan kurang”

Kalimat ini sering saya sampaikan di depan kelas kepada siswa. Terutama di awal tahun ajaran baru. Mohon maaf jika pandangan saya berbeda dengan guru lain. Tapi demikianlah yang saya sampaikan kepada siswa.

Saat mengajar matematika, saya paham bahwa tidak semua siswa suka matematika. Ini menjadi tantangan bagi guru. Bahkan menjadi permasalahan semua guru di Indonesia. Apa boleh guru memaksa siswanya menguasai matematika?

Coba refleksikan pada diri kita. Saat sekolah dulu apa kita juga suka dan menguasai matematika? Kalau tidak suka dan menguasai maka jangan berharap hal itu kepada siswa kita.

Sebab tidak semua orang butuh materi-materi dalam matematika. Setiap orang punya bakat yang bisa berbeda. Dalam kelas ada calon pemain sepakbola yang tidak begitu butuh matematika, ada calon pejabat yang justru lebih membutuhkan kemampuan public speaking dan manajemen organisasi.

Saya juga mengajak siswa bahwa belajar bukan hanya saat ujian saja. “Belajar itu untuk hidup. Bukan untuk ujian. Kalian bisa belajar dari siapa saja. Bahkan kalau kalian lebih paham belajar dengan teman dibandingkan dengan Bapak ya tidak apa-apa.”

 

2. Menjadi Guru Penggerak

Tidak setiap guru  bisa jadi guru penggerak. Karena prosesnya sangat ketat sekali. Guru penggerak pasti guru hebat tapi guru hebat belum tentu guru penggerak. Saya lihat jadi calon guru penggerak (CGP) itu sangat sibuk sekali. Setiap hari belajar mulai dari zoom meeting, aktif di LMS, membuat video pembelajaran, berdiskusi, konferensi, dan lainnya. Program berjalan sampai 9 bulan lamanya. Mereka belum tentu lulus.

Guru penggerak itu kreatif. Saya lihat mereka punya banyak karya seperti media belajar, menulis buku, membuat video pembelajaran, dan lainnya. Mereka memang sibuk. Namun, sibuk yang produktif itu kan bagus.  

Saya pernah mendaftar jadi guru penggerak. Namun, saat bersamaan dengan program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Akhirnya saya harus pilih salah satu.

Bagaimana dengan guru yang tidak bisa ikut program Guru Penggerak (GP)? Dari Om Jay saya mendapatkan kesimpulan bahwa setiap guru bisa menjadi guru penggerak. Ada dua versi guru penggerak yaitu guru penggerak versi Kemdikbud dan guru penggerak versi kita sendiri.

Bisa dibilang guru penggerak itu adalah guru yang menggerakkan. Jadi kalau ada guru yang bisa menginspirasi, baik itu menginspirasi siswa maupun guru, pada saat itulah dia menjadi guru pengerak. Paya pernah menjadi narasumber webinar Ngeblog Mencerdaskan yang diadakan oleh LPMP Provinsi Banten. Mudah-mudahan itu salah satu langkah saya menggerakkan guru-guru lainnya.

Guru penggerak adalah guru yang bisa menggerakkan orang lain untuk mengikutinya. Seperti Mr. Bams yang kreatif dengan singkatan-singkatan membuatnya ditiru oleh guru lain.

3. Terlibat Dalam Sekolah Penggerak

Saat ini saya terlibat aktif dalam sekolah penggerak. Di kabupaten saya ada 5 SMA yang tergabung dalam sekolah penggerak. Salah satunya adalah sekolah saya. Meskipun sibuk dengan banyak kegiatan tetapi saya banyak mendapatkan wawasan. Jadwal belajarnya hari Senin, Kamis, dan Sabtu. Pembelajaran lewat Google Meet, LMS, dan WhatsApp. Memang banyak tugas. Kadang harus sampai larut malam membahas tugas. Atau sering pulang terlambat daripada guru lainnya. Namun kami jalani dengan bahagia karena sudah berkomitmen untuk menjadi sekolah penggerak untuk memajukan pendidikan di sekolah kami juga pendidikan di Indonesia.

4. Semakin Kreatif Mengajar

Merdeka bukanlah lepas dari tanggung jawabnya. Merdeka belajar bukan lantas bebas atau tidak mengajar. Justru merdeka mengajar adalah menjadi kreatif dalam mengajarnya.

 

Dalam Merdeka Belajar kita harus kreatif mengajar. Apa yang paling penting dalam hal ini? Agar siswa semakin memahami pembelajaran. Nah, untuk itu guru merdeka bisa menggunakan banyak media seperti podcast, Youtube, blog, poster, dan lainnya. Tak hanya metode ceramah guru juga bisa menggunakan metode diskusi, tebak-tebakan, tanya jawab, rekreasi, dan lainnya. Merdeka belajar tidak dibatasi oleh ruang kelas saja. Seperti yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah. Jadi, perpustakaan, pasar, lingkungan sekolah, bahkan stasiun kereta adalah sekolah juga.

Guru kreatif berarti juga mengajar dengan menyesuaikan kemampuan peserta didik. Karena itu seorang guru harus mengetahui berbagai kemampuan peserta didik. Guru juga harus menyesuaikan gaya belajar siswa baik gaya belajar visual, audio, atau kinestetik.

Dalam mengajar guru memang harus kreatif. Agar siswa merasa betah, senang, dan semangat dalam belajar. Banyak sarana yang bisa digunakan. Saya menggunakan podcast sebagai media pembelajaran. Podcast ini banyak disenangi oleh orang termasuk siswa.

Selain itu saya menggunakan Youtube untuk sebagai media pembelajaran. Apalagi saat pandemi akibat Covid-19, siswa sangat terbantu dengan materi pembelajaran di Youtube. Video pembelajaran itu saya buat untuk memudahkan siswa belajar. Mereka bisa mengulang-ulang (sampai berkali-kali). Belajar pun menjadi semakin mudah. Beberapa video pembelajaran yang sudah saya buat di antaranya Menentukan Gradien Garis, Perkalian Vektor, Efek Doppler Trigonometri, Nilai Fungsi, dan lainnya.

Banyak cara mendapatkan inspirasi. Kita bisa mengikuti kegiatan SATUGURU yang punya banyak kegiatan. Salah satunya adalah NGUPING (Ngobrol Urusan Penting) SATUGURU yang seru, dinamis, bahkan humoris. Ilmunya daging semua! Kita juga bisa belajar dan mencari inspirasi dari website SATUGURU di www.satuguru.id yang juga banyak wawasan di sana.

5. Menjadi Guru Berkualitas dengan Berkolaborasi dan Berkomunitas

Untuk maju kita harus berkolaborasi. Jauhkan kompetisi yang saling menjatuhkan satu sama lain. Dengan berkolaborasi, kita saling melengkapi. Ada guru yang hebat dalam lisan, tetapi kurang mahir dalam tulisan. Sebaliknya, ada guru yang hebat dalam tulisan tetapi kurang mahir dalam lisan. Nah, keduanya bisa saling melengkapi. Bisa saling berbagi strategi agar bisa menguasai hal yang tadinya tidak bisa. Bahkan guru bisa berkolaborasi dengan siswa.

Saya beberapa kali berdiskusi dengan siswa. Malah ada yang saya minta mengajarkan materi kepada teman-temannya. Kadang antar sesama siswa malah ada chemistry yang bagus.

Selain itu saya bergabung dengan komunitas. Banyak manfaatnya saat kita bergabung dalam komunitas. Kita bisa mendapatkan informasi yang lebih luas, saling berbagi dan mendapatkan banyak wawasan. Saat ini banyak komunitas yang bisa diikuti. Setiap guru mata pelajaran biasanya ada komunitas musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Nah, ini bisa kita ikuti.

Saya mengikuti dengan aktif MGMP baik tingkat kabupaten maupun provinsi. Banyak kegiatannya seperti seminar, webinar, lomba, dan lainnya. Saya juga tergabung dalam komunitas Cakrawala Blogger Guru Nasional (Lagerunal) dan komunitas blogger Lebak.

Penutup

Sudah saatnya kita menjadi subjek dan bukan hanya menjadi objek. Apapun kalau menjadi objek itu tidak enak. Menjadi objek kebijakan juga tidak enak, bukan? Oke-lah kalau awalnya kita menjadi objek. Jangan terus-terusan. Kita harus berubah menjadi subjek atau pelaku. Kita juga harus jadi subjek perubahan.

Cara pandang seperti ini sangat penting. Dalam Merdeka Belajar pahamilah guru sebagai subjek. Dengan menjadi subjek kita akan menggesa diri untuk belajar dan menguasai sesuatu. Lalu ada tanggung jawab besar untuk mengerjakannya secara maksimal. Mudah-mudahan hasilnya pun optimal. (*)

Nama saya Supadilah. Saya mengajar di SMA Terpadu Al Qudwah di kabupaten Lebak, Banten. Saya mengajar matematika dan fisika. Menyukai literasi dan hobi baca. Kecintaan dalam menulis saya mengelola beberapa blog yang juga digunakan untuk pembelajaran. Ada blog saya www.gurupembelajar.my.id, www.supadilah.com, dan www.aromabuku.com. Dengan motto “Guru Pembelajar” saya bertekad belajar banyak hal positif yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas diri.