Belajar dari Baduy; Kearifan Lokal Penjaga Alam

Ribuan masyarakat adat Baduy berjalan kaki sejauh 50 km dari Desa Kanekes ke Rangkasbitung ibukota kabupaten Lebak. Tak sampai di sana, perjalanan itu berlanjut sejauh 33 km dari Rangkasbitung menuju Kota Serang ibukota provinsi banten. Totalnya adalah sekitar 83 km. Sungguh jarak yang jauh untuk jalan kaki. Hebatnya lagi, jarak yang sangat jauh itu ditempuh tanpa alas kaki. Mereka berjalan kaki tanpa alas kaki di jalan tanah, batu, atau bahkan aspal panas.

Itulah yang dilakukan oleh 1.769 warga Baduy dalam tradisi Seba Baduy 2025. Mereka berangkat dari Desa Kanekes menuju Rangkasbitung ibukota kabupaten Lebak provinsi Banten. Tradisi ini sudah dilakukan bertahun-tahun. Di tahun ini, Seba Baduy. Dilakukan pada Jumat, 2 Mei 2025.

Kalau orang biasanya malas jalan kaki sekalipun jarak dekat tetapi masyarakat adat Baduy menempuh puluhan kilometer tadi. Hebat, bukan?

Dalam filosofi masyarakat adat Baduy, bertelanjang kaki artinya mencintai alam atau hidup yang yang menyatu dengan alam. Telapak kaki yang langsung menyentuh tanah menjadi simbol dan sarana untuk menjaga hubungan yang erat dengan alam. Bertelanjang kaki adalah bagian dari upaya untuk mempertahankan gaya hidup yang bersahaja.

Sejumlah masyarakat

Sejumlah warga Baduy berjalan kaki menuju Bapa Gede (sumber foto: www.antarafoto.com)

Masyarakat adat Baduy mendiami wilayah Kanekes yang terbagi menjadi dua yaitu Kampung Baduy Dalam (Tangtu) dan Luar (Panamping). Baduy Dalam hanya terdiri atas tiga kampung, yakni Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Tiga daerah inilah yang masih kuat memegang teguh adat. Di sana tidak ada listrik, tidak ada alat elektronik, dan tidak ada alat transportasi modern. Ciri khas Baduy Dalam adalah mengenakan baju pangsi putih atau hitam, sarung aros hitam, dan ikat kepala putih.

Memang masyarakat adat Baduy terkenal dengan menjaga alamnya. Mereka memiliki rasa hormat dan kehati-hatian terhadap lingkungan.

Kemajuan dan perkembangan zaman bisa malah merusak alam. Contohnya apa? Misalnya banyaknya hutan semakin terkikis karena ditebang untuk permukiman atau perkebunan. Sawah berubah fungsi jadi perumahan atau rumah toko (ruko).

Hingga saat ini masyarakat adat Baduy memilih hidup secara tradisional. Dalam menggarap lahan misalnya mereka melakukannya secara tradisional dengan alat pertanian khas seperti bedog (golok), arit, kored (cangkul kecil), etem (sejenis ani-ani), dan pisau. Tidak ada alat modern seperti traktor.

Hutan kita semakin berkurang. Berdasarkan perhitungan Yayasan Auriga Nusantara, angka kehilangan hutan alam atau deforestasi di Indonesia 2023, menyentuh angka 257 ribu hektare. 

Cadangan udara bersih semakin berkurang. Keindahan alam semakin hilang. Bukankah sudah seharusnya kita cemas? Kemudian bergegas untuk memperbaki dan membenahi kondisi ini

Dulu anak-anak mudah menemukan lapangan hijau untuk bermain sepak bola, sekarang semakin sulit menemukan lapangan. Paling banter lahan kosong di komplek perumahan, lapangan mini soccer, atau lapangan futsal.

Di tengah gemerlap kemajuan zaman seperti sekarang ini tidak ada salahnya menengok kearifan masyarakat adat Baduy ini. Masyarakat adat Baduy memiliki pikukuh yang tidak kalah kerennya dengan cerita di atas. Masyarakat adat Baduy punya filosofi Gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang diruksak, lojor teu meunang dipotong, pendek teu meunang disambung. Artinya gunung tidak boleh dihancurkan, lembah tidak boleh dirusak, panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung.

Bayangkan oleh kita. Zaman modern begini masih ada yang kokoh memegang adatnya bahkan dalam hal transportasi. Bukankah ini hal yang luar biasa?

Saat berkunjung ke masyarakat adat Baduy terasa sekali lingkungan yang asri, bersih, dan alami. Udaranya segar. Banyak sekali pepohonan, tanaman, dan rerumputan. Udara yang bersih membuat pikiran lapang dan segar.

Rumah-rumah dan bangunan di kawasan kampung Baduy terlihat rapi dan bersih. Rumah penduduk berbentuk panggung berbahan kayu. Mereka tidak menggunakan paku. Mereka masih memakai pasak kayu.

Di beberapa jalannya ada leuit atau lumbung padi yang khas. Sungai-sungainya jernih dan segar. Saat membasuh muka di sungai terasa sekali kesegarannya. Ada jembatan bambu yang dibangun tanpa paku. Mereka menggunakan tali ijuk pohon aren untuk mengikat potongan-potongan bambu. Jembatan ini dibangun secara swadaya masyarakat Baduy.

Karakteristik masyarakat adat Baduy merupakan kekayaan Indonesia yang menakjubkan. Indonesia memang tak pernah kehilangan hal-hal yang menakjubkan.

Meskipun tertutup dari pengaruh luar, pada waktu tertentu, masyarakat adat Baduy menjalin silaturahmi ke luar. Secara rutin ada kegiatan Seba Baduy sebagai wujud rasa syukur setelah panen hasil bumi selama setahun sehingga memberikan kehidupan yang lebih baik. Mereka membawa hasil bumi seperti, beras, pisang, gula merah, petai dan lainnya.

Sejumlah warga Baduy membawa hasil bumi untuk diberikan kepada pemimpinnya (sumber foto: www.antarafoto.com)

Kegiatan ini dilakukan setahun sekali. Mereka mengantarkan hasil bumi kepada Bapak Gede. Bapak Gede adalah sebutan untuk pimpinan daerah yaitu Bupati Lebak dan Gubernur Banten.

Kegiatan Seba Baduy biasanya ramai dan menarik wisatawan berkunjung. Banyak nilai-nilai kearifan lokal dalam Seba Baduy. Untuk sampai ke Bapak Gede masyarakat adat Baduy menempuh puluhan kilometer. Dan itu dilakukan dengan berjalan kaki. Bahkan tanpa alas kaki meskipun jalan aspal dalam kondisi panas sekalipun.

Istilahnya huyunan yaitu berjalan baris memanjang satu per satu. Orang tua atau yang ditokohkan harus berjalan paling depan. Hal ini mengandung pengertian bahwa para tetua harus dihormati dan dihargai. Berjalan kaki tanpa alas mengandung filosofi penerimaan atas pemberian Tuhan tanpa mengeluh atau menambah-nambahi.

Apa yang mereka minta dari Bapa Gede?

Di hadapan bupati dan gubernur mereka meminta pemerintah agar bisa melindungi alam dan kelestarian hutan serta menegakkan hukum demi ketenteraman dan keselamatan masyarakat.

Seba Baduy 2025 kemarin pun berlangsung meriah. Jutaan orang menyaksikan Seba Baduy yang bertema “Ngajaga Tradisi, Ngaraksa Harmoni Pikeun Indonesia Maju”. Seba Baduy ini merupakan kegiatan istimewa. Seba Baduy masuk dalam kalender Karisma Event Nusantara (KEN) 2025 yang merupakan program unggulan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk mendongkrak pariwisata nasional.

Beragam acara di gelar di antaranya pameran UMKM, pameran Ekonomi Kreatif, Bincang Budaya Baduy “Tema Pariwisata”, Permainan Tradisional, Camping Ground, Wayang Golek, dan lainnya. Kegiatan Seba Baduy memberikan dampak positif kepada masyarakat dalam bidang ekonomi, pariwisata, dan lainnya.

Ini merupakan bukti kepedulian pemerintah terhadap Seba Baduy. Juga ketertarikan kita dengan filosofi mereka. Mudah-mudahan jadi gaya hidup kita juga. Setidaknya kita memiliki kesadaran untuk menjaga alam, mengurangi risiko kerusakan, dan menghindari semakin parahnya kondisi alam di masa mendatang.

Saya mengajak murid-murid untuk ikut meramaikan perayaan Seba Baduy. Banyak juga yang belum pernah ikut atau melihat Seba Baduy. Jadi baru pertama kali itulah mereka dapat pengalaman. Tidak hanya sekadar melihat saja tetapi mereka berdiskusi dan mendapat informasi tentang Baduy. Mereka juga tahu kearifan lokal, nilai-nilai filosofi, dan pikukuh masyarakat adat Baduy. Mudah-mudahan memantik kesadaran mereka untuk peduli dengan lingkungan sekitarnya. Perhelatan Seba Baduy juga memberi dampak signifikan pada perekonomian masyarakat. Banyak UMKM yang turut mempromosikan produknya.

 

 

stand UMKM di Seba Baduy (sumber foto: dokumentasi pribadi)

Kita pun bisa turut menjaga alam dan lingkungan kita. Tidak harus menunggu aksi besar. Cukup aksi kecil tetapi sungguh berarti. Lengkapi rumah dengan tanaman atau pohon. Itu akan memberikan oksigen sebagai udara bersih untuk keluarga kita bahkan lingkungan. Daunnya bisa jadi kompos yang menyuburkan tanaman. Kalau ada buahnya bisa dimakan atau berbagi dengan tetangga. Setiap rumah bisa melakukannya baik itu kebunnya luas atau sempit.

Apalagi kalau punya lahan yang luas bisa ditanam banyak tanaman atau pepohonan. Pohon-pohon itu menjadi paru-paru kota atau habibat bagi hewan-hewan. Alam ini kelak akan diwariskan kepada anak cucu kita. Mari wariskan alam yang asri, hijau, dan ramah untuk generasi mendatang. Ayo jaga bumi untuk masa depan yang lebih baik. Itu kontribusi yang sangat mungkin bisa kita lakukan. Menjaga alam bukan hanya tugas pemerintah atau aktivis lingkungan saja tetapi tugas kita semua. Ya, kita dengan berbagai profesi, sangat bisa berperan menjaga alam. Yakinlah bahwa setiap peran memiliki makna dan dampak yang penting.

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berkontribusi merupakan lembaga pendidikan intelektual yang berkontribusi melalui pendidikan. UNY telah menjadi bagian penting dari sistem kehidupan masyarakat dan sistem pendidikan nasional di Indonesia.kontribusi ini dimulai sejak peresmian Institut Keguruan dan Ilmu Kependidikan (IKIP) Yogyakarta yang merupakan pendahulu UNY pada 21 Mei 1964.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Maka, perubahan IKIP Yogyakarta menjadi UNY diharapkan meningkatkan sistem pendidikan guru karena para dosen di jurusan dapat melakukan fertilisasi silang keilmuan antara mereka yang berlatar belakang kependidikan dan berlatar belakang ilmu dasar.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2022 tanggal 20 Oktober 2022, Universitas Negeri Yogyakarta resmi menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) ke-17.

Pendidikan sumber daya manusia (SDM) di UNY sangat maksimal karena sejak tahun 2007 UNY telah mengembangkan paradigma pembelajaran online terpadu (E-learning UNY).

Untuk mewujudkan visi menjadi universitas kependidikan kelas dunia yang unggul, kreatif, dan inovatif berkelanjutan, UNY telah berlangganan jurnal elektronik dari proQuest yang memuat tidak kurang dari 700 jurnal internasional di bidang pendidikan.

Kampus UNY memiliki akses LAN melalui nirkabel dan telah ada hotspot wifi di 43 titik strategis dengan coverage area mencapai 80% wilayah kampus.

UNY juga tengah membangun networking dengan berbagai universitas dan pusat riset seluruh dunia.

Kiprah UNY tidak diragukan lagi dalam kontribusi terhadap pendidikan Indonesia. UNY memiliki 10 fakultas dan 7 direktorat yang siap memberikan dampak positif kepada mahasiswa-mahasiswa calon pemimpin bangsa.

UNY meluluskan sekitar 7.000 mahasiswa. Alumni UNY tersebar di seluruh daerah di nusantara hingga dunia internasional. 

Civitas akademika UNY terus berkomitmen bersinergi dalam melahirkan inovasi dan meraih prestasi demi kemajuan UNY dan Indonesia.

Beberapa Keunggulan UNY

 

 

Fakultas

10 Fakultas dan Pendidikan pasca Sarjana

Layanan

UNY memiliki 7 Unit Layanan seperti Unit layanan bahasa, bimbingan konseling, dan lainnya.

20 Program Studi sarjana terapan

Memiliki 13 Program Studi dengan Akreditasi Baik dan 1 Program Studi dengan Akreditasi Baik Sekali

66 program studi sarjana (s-1)

24 Program Studi Terakreditasi Internasional, 53 Program Studi Terakreditasi A/UNGGUL, dan 10 Program Studi Terakrediasi B/BAIK.

38 program studi magister (s-2) & 21 program studi doktor

Memiliki 1 Program studi Dual Degree, 34 Terakreditasi A/UNGGUL, dan 23 Terakreditasi B/Baik

penghargaan

Di tahun 2009 sebanyak 11 unit kerja di UNY dinyatakan layak menerima setifikat ISO 9001:2000 yang dikeluarkan oleh PT. Sucofindo Jakarta.

Sebagai seorang guru saya selalu memotivasi siswa untuk bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Memilih kampus yang menjadi mitra berkontribusi kepada bangsa. UNY adalah pilihan yang tepat.

Istri saya juga lulusan UNY. Beliau masuk di tahun 2006. Lulus S1 tahun 2010.Melanjutkan S2 tahun itu juga. Meraih gelar magister tahun 2012. Menurutnya, UNY merupakan kampus yang tepat menjemput impian dan cita-citanya. Betah berada di Jogja maupun di UNY. Banyak pengalaman, wawasan, dan bekal masa depan yang didapat.

Alhamdulillah semasa belajar di UNY, fasilitas lengkap, perpus menyediakan buku lengkap, organisasi mahasiswa berjalan dengan baik, sangat memfasilitasi berbagai bakat dan pengembangan keterampilan. Kampusnya nyaman. Perpustakaan kampus dan jurusan menyediakan buku yang sangat menunjang perkuliahan. Jadi, UNY adalah kampus yang tepat.

Tantri Mega Sanjaya, M.Pd.

Komitmen Menjadi Guru Penulis…

 

Walaupun sudah menjadi guru bukan berarti proses belajar itu berhenti. Saya selalu menemukan hal-hal yang baru. mendapat tantangan yang baru. Untuk itu aku harus belajar lagi. Saya pun siap untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat (long live education).

Sebagai guru kita tahu menulis itu aktivitas yang bagus. Karena menambah pengetahuan juga. Sebab, untuk menulis, harus membaca. Makanya penulis itu pengetahuannya luas.

Tapi, kalau kita belum bisa membuktikan, siswa juga ragu bisa menulis. Nah, maka saya harus sudah menulis dulu, baru ngajak siswa menulis.  Saya harus menerbitkan tulisan di koran. Saya mulai membuat kerangka tulisan. Tema yang pas dengan profesi saya sebagai guru. Ini saya lakukan agar siswa punya budaya literasi.

Senang sekali kalau ada siswa yang suka baca apalagi menulis. Tapi, kalau saya cuma menyuruh saja, nggak akan didengar. Saya harus ngasih contoh dulu. Saya harus bisa membuktikan kalau siapa pun bisa menulis.

Saya nekad mengirimkan tulisan ke koran. Ternyata nggak semudah yang dibayangkan. Saya harus bersaing dengan penulis lainnya. Juga harus memenuhi ketentuan redaksi hingga memerhatikan kaidah tata bahasa. Sudah berhari-hari di kirim tetapi belum ada pemberitahuan pemuatan. Bahkan sudah melewati satu pekan lamanya. Menunggu dimuat ternyata lama juga. Padahal, membuat tulisannya juga lama. Satu tulisan itu bisa lima hari, seminggu, bahkan dua minggu. Saya tidak boleh menyerah karena mengingat ajakan pada siswa untuk menulis.

Hal yang ditunggu akhirnya tiba. Tulisan saya dimuat di koran. Senang bukan main. Rasanya pengen dipamerkan ke semua guru dan siswa. Supaya mereka tahu bagaimana perjuangan menulis di koran. Ternyata eh ternyata membuat ketagihan. Saya tidak berhenti di sana. Menulis lagi dan lagi. Setelah terbiasa akhirnya biasa. Sekarang sudah ada beberapa tulisan di koran.

Itulah sedikit perjuanganku menjadi guru penulis. Alhamdulillah, ada yang tertarik juga. Mereka minta diajari. Dengan senang hati saya berbagi praktik baik menulis di koran. Senang rasanya bisa berbagi pengalaman.

Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Pepatah ini menjadi kenyataan. Dari kumpulan artikel yang dimuat di koran atau media online saya bisa mengumpulkannya menjadi sebuah buku. Masya Allah, menjadi penulis buku adalah impian saya sejak dulu. Sekarang impian itu sudah terwujud.

Benar bahwa rajin menulis banyak manfaatnya. Kumpulan tulisan di buku ini merupakan opini yang terserak di berbagai media. Mudah-mudahan ini menjadi warisan. Seperti sebuah ungkapan kalau ingin mengenal orang maka membacalah. Kalau ingin dikenal orang maka menulislah.

Akhir tulisan…

Dari kearifan lokal masyarakat adat Baduy kita belajar tentang harmoni antara manusia dan alam sekaligus pentingnya menjaga budaya di tengah arus modernisasi. Mari tumbuhkan semangat mencintai, menjaga, dan menghargai warisan budaya bangsa.  

Menjaga alam bukan hanya tugas aktivis lingkungan atau pemerintah saja, tetapi tanggung jawab bersama kita bersama. Apapun profesi kita, semua kontribusi itu adalah sumbangsih berarti untuk masa depan bumi. Yuk, jadikan kepedulian terhadap lingkungan sebagai gaya hidup kita.

Selamat Dies Natalis ke-61, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Semoga semakin jaya dan konsisten sebagai kampus yang Unggul, Kreatif, dan Inovatif Berkelanjutan.