Menghadirkan Pembelajaran Bermakna Pada Masa Pandemi

Pembelajaran Bermakna Di Masa Pandemi
Dalam sebuah pelatihan pembelajaran daring, pemateri bertanya kepada peserta yang terdiri dari kepala sekolah dan guru.
angan langsung belajar. Tapi mulai dengan menyapa kabar siswa, pancing mereka bertanya dan bangun optimisme bahwa kita dapat melewati kondisi ini.
Pembelajaran Bermakna Pada Masa Pandemi
Pembelajaran yang tepat pada masa pandemi ini adalah pembelajaran bermakna yang mengandung tiga pengertian yaitu kontekstual, relevan, dan konkret (Webinar 8: Mengelola Pembelajaran Adaptif, Fleksibel dan Akomodatif).
Pembelajaran kontekstual artinya pembelajaran yang mengaitkan materi belajar dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konkret atau nyata berarti siswa belajar contoh langsung pendidikan karakter. Mereka bisa belajar keberagaman, gotong royong, keja sama, dan mandiri dari kehidupan mereka.
Relevan artinya sesuai kebutuhan atau kondisi anak. Perlu ada akivitas yang memfasilitasi proses menumbuhkan karakter itu.
Misalnya belajar mengenal virus atau membuat masker (IPA), menjaga kesehatan tubuh (PJOK), poster pencegahan Covid-19 (Seni Budaya), menangkal hoaks Covid-19 (Bahasa Indonesia), atau membuat data perkembangan Covid-19 (Matematika).
Media pembelajaran pun harus dibuat menarik. Guru bisa memanfaatkan Rumah Belajar. Saya mengajak siswa praktikum di Laboratorium Maya. Simulasi praktikum tersaji secara interaktif dan menarik. Tampilannya bagus sehingga siswa belajar dengan senang.
Karakter merupakan poros pendidikan. Karena itu, apa pun kondisinya, pembelajaran harus menumbuhkembangkan karakter-karakter luhur itu.

Nilai-nilai karakter dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran. Suatu hari saya berdiskusi dengan siswa tentang dampak positif Covid-19. Imbauan Work from Home orang jadi jarang keluar rumah. Mobil atau sepeda motor semakin sepi di jalanan. Hal ini mengurangi polusi udara. Informasi mengatakan langit semakin cerah. Lalu saya minta siswa memfoto langit di dekat rumah mereka. Hasilnya pun bagus-bagus. Siswa bisa dapat mengaitkan langsung materi pembelajaran dengan kejadian di lingkungannya.
Bagaimana pun juga kualitas BDR tidak sama dengan pembelajaran tatap muka. Namun, bukan berarti kita menyerah dengan keadaan. Pandemi mengajarkan banyak hal seperti menumbuhkan empati, disiplin menjaga kesehatan, bertanggung jawab dengan tugas sendiri, dan lainnya.
Penyederhanaan kurikulum membuat guru semakin fokus pada pendidikan penguatan karakter. Hal ini bisa terintegrasi pada materi pembelajaran. Perangkat ajar pun bisa sederhana, jelas, dan bermanfaat bagi siswa.

Sinergi antara sekolah dan orangtua juga sangat penting. Peran orangtua sangat penting dalam mendampingi anak belajar. Tidak hanya mengawasi tetapi memotivasi belajar dan membantu anak dalam penguatan karakter. Selain itu, orangtua bisa memberikan masukan kepada guru agar pembelajaran menjadi lebih baik.
Esensi dari pendidikan adalah cinta belajar. Ciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan agar mereka cinta belajar. Memelihara suasana bahagia dapat menumbuhkan kreativitas, meningkatkan antusias, dan mengembangkan imajinasi anak. (*)
Kangen belajar tatap mukaaa 🙁
Semoga pandemi segera berlalu. Bener yang penting anak cinta belajar dulu, jadi di mana saja menyenangkan.
Hehe..udh enam buka. Lebih kan ya mas. Semoga bisa kembali seperti sedia kala. Semoga bisa ketemu siswa lagi.
Iya mbak, udah enam bulan lebih. Ya Allah…udah lama pakai banget ternyata. Ya…semoga lekas pergi si Covid-19. Aamiin
Pacarku seroang guru honor SD dan selalu tetap ceria saat mengajarkan anak di kampungnya hingga sekrang masih tetap belajar tatap muka dan harus menggunakan protokol kesehaan saat mengajar
bersyukur masih bisa tatap muka ya Mas. Semoga tetap jaga protokol kesehatan. Aamiin. Salam buat bu Guru dan anak-anak Indonesia nan hebat.
Ebagai emak-emak jujur aku lebih senang semua bisa lewat daring. Jadi, bisa tetap di rumah sambil ramut anak. Yang penting anak gag rewel belajar daring jadi tenang… hehehe
haha… Nggak perlu antar jemput ke sekolah ya Mbak. Apapun bentuk pembelajarannya yang terpenting anak-anak tetap bahagia dan berkarakter. Aamiin
Anak anak rindu bgt pergi ke sekolah. Gak semangat dan jadi kurang faham. Memang beda sih rasanya. Tapi saat ini di rumah lebih baik.
guru juga kangen sama anak-anak 🙁 tapi ya apa boleh buat.. kita harus menahan diri untuk kesehatan dan nyawa kita. Semoga anak-anak dikuatkan kesabarannya menghadapi pandemi Covid-19 ini. Aamiin
Setujuuu…Esensi dari pendidikan adalah cinta belajar. Ciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan agar mereka cinta belajar. Jadi memnag butuh sinergi antara sekolah dan orang tua. Semangat mengajar secara BDR ya, Mas!
Terima kasih banyak atas supportnya Mbak. Benar sekali. Esensi belajar ya cinta belajar. hehe… itu yang terpenting
Betul sekali kak Sinergi antara sekolah dan orangtua itu memang sangat penting. Apalagi dimasa belajar daring gini banyak banget orang tua yang darting nih tiap pagi. Anak-anakpun jadi nggak menikmati proses belajarnya.
Darting? Hehe… pengalaman saya juga begitu Mbak. banyak ortu yang curhat begini begitu. Rata-rata emosi saat ngajarin anak. Tapi semoga segera ingat, kalau di saat seperti ini perlu mempertebal kesabaran. ya terutama orangtua yang sudah bisa berpikir, yang sudah dewasa. Aamiin.
Saya merindukan masa masa belajar di sekolah, banyak faktor yang mengharuskan sekolah itu di tempatnya, bukan dirumah. Selain fokus terhadap pelajaran, siswa juga diajarkan untuk menganalisa suatu permasalahan. Hal lain juga berdampak pada siswa ketika daring dilakukan yaitu interaksi sesama siswa kurang efektif, karna tidak adanya tatap muka, hanya lewat chat semata. Menurut saya daring ini masih kurang efektif diterapkan di indonesia
Benar Pak. Daring punya keterbatasan waktu dan interaksi yang sedikit. Hal ini tidak membuat guru leluasa, sih. Ya semoga Covid-19 ini bisa segera musnah. Sehingga belajar pun bisa tatap muka. Sudah kangen sama anak-anak hebat Indonesia.
Daring oh daring.. meski udah lama anak sekolah daring.. emak mulai terbiasa tapi tetap lebih enak kalo anaknya ke sekolah hahaha
Apapun bentuknya pembelajaran itu yang terpenting penguatan karakternya ya Mbak. Semoga anak-anak Indonesia pada bahagia dan berkarakter. Aamiin
Kangenn belajar tatap mukaa ya Allaah. Kasian juga ibuku kalau daring terus2an ginii.mudah2an segera berlalu
Belajar dari emang punya tantangan. Harus pinter-pinter supaya tidak bosan, tetap bahagia, dan tetap punya makna. Semoga daring ini memberikan banyak hikmah. Aamiin
Langsung fokus pada kutipan “Hanya guru bahagia yang bisa membuat siswa bahagia.”, sayangnya di masa pandemi ini banyak pengajar yang cukup lelah untuk pembelajaran daring sehingga kurang menyebarkan semangat dan suka cita dalam pembelajaran. Tapi tidak bisa disalahkan sepenuhnya juga karena kondisi memang tidak cukup baik saat ini.
Para guru mungkin lelah juga dengan banyaknya tugas ya Mbak. Pengurangan kompetensi dasar pada kurikulum darurat ini semoga menjadi kesempatan guru untuk membuat pembelajarannya menjadi lebih menyenangkan dan tidak membebani. Aamiin
hanya kompromi hati dan jiwa yang menjadi dasar mengambil keputusan, huhu. mamahku pun kesulitan mengajar di pandemi gini, secara umur udah 57 melihat ke layar pun sulit, ditambah anak2 di desa yang masyaAllah cobaannya ada-ada aja. kebanyakan anak2 murid mamah pada ga sekolah karena kesulitan sarana dan memilih membantu org tuanya bekerja
Ya Allah. Kalau memang terkendala sarana, menurutku nggak papa sih Mbak mereka membantu orangtuanya bekerja. Sebetulnya bisa pula sambil kerja itu mereka belajar. Pembelajaran yang kontekstual, relevan bisa dilakukan. Semoga kita diberikan kesabaran untuk menghadapi semua ini.
setujuuu mas, dengan prinsip pertolongan pertamanya seperti life safety di pesawat.
Dan untuk membangun semangat murid, harus kitanya dulu sebagai guru atau orang tua yang menunjukannya.
Betul. Sebagai orang dewasa, sudah pengalaman, harus bisa mencontohkan.
Setuju banged Pak Guru Padil,, hanya guru yang bahagia yg bisa bikin siswanya bahagia juga. Miris liat berita viral ibu guru yg mendoakan cabut nyawa siswanya. Sebaiknya mereka itu baca artikelnya Pak Padil ini ya hehe
Dari sekian banyak guru, mungkin ada satu dua oknum guru yang tidak bertanggungjawab yang kurang memaknai perannya sebagai pendidik. Semoga orang yang keliru jalan bisa kembali sadar. Aamiin
Ah suka poin terakhir, esensi dari pendidikan adalah cinta belajar, cinta menuntut ilmu 👍setuju sekali Mas, belajar daring ini lebih menantang dari belajar luring ya huhu semoga pandemi segera berakhir
Aku pun kangen kuliah tatap muka terkadang kalau kelon bikin bete dan malas terkadang ada aja gangguan yang membuat kita kesal.
Haha… bisa aja Koh ini. Udah lama di rumah emang sih pada kangen tatap muka. semoga pandemi lekas berlalu. Aamiin
Kemarin anakku yg SD seminggu sekali tatap muka pak. Gak lama sih paling cuma 1 jam tapi seneng Lho meski singkat waktunya. Eh, td pagi gurunya kasih pengumuman gak usah datang ke skul karena zona merah lagi pdhl kmrn hijau.
Ya Allah, cepet amat ya. Dari hijau ke merah. Emang sih Bu. Setelah sekian lama daring, tatap muka jadi sesuatu yang dirindukan. Tapi bagaimanapun kesehatan anak dan keselamatan semuanya lebih prioritas.
Kasian anak-anak sebelah rumah nggak ke arah. Main bareng banyak berantemnya… Ibunya juga kerepotan apalagi kalo gag paham mata pelajarannya…
Bisa jadi karena anak sudah kesulitan mengatur emosinya ya Mbak. Memang sih banyak tantangannya. Tapi, semoga, permainan anak termasuk berantem tadi banyak pengaruh baik. misalnya anak jadi mengelola emosinya..
kalau boleh tau, bentuk simulasi praktikum daringnya itu bagaimana ya Pak? Apa anak dapat melakukan praktikumnya sendiri melalui gadget mereka?
Memanfaatkan rumah belajar, Pak. Di sana ada fitur laboratorium maya. jadi siswa bisa melakukan praktikum dengan simulasi-simulasi yang ada di fitur tersebut. Menurut saya sih tambah menyenangkan karena berbasis aplikasi
covid ini memang berimbas ke setiap aspek kehidupan ya, gak ada satupun yang luput. terlebih aspek ekonomi dan pendidikan. PJJ ini jadi boomerang sekaligus solusi. jadi semua kembali lagi ke kerjasama orangtua dan murid. tapi hanya ada satu sih kesimpulan saya menyoal pendidikan selama pandemi lewat PJJ, anak inget sekolah bukan belajar tapi berjain tugas yang bertumpuk dan kalo gak dikerjain dimarahin emak.
saya takutnya, mindset ini terbawa bahkan hingga pandemi berakhir nanti. karean nyatanya, setiap hari anak di suruh ngerjain tugas yang banyak banget. kapan belajarnya? pemberian materi? gak ada! mungkin beberapa sekolah ada, tapi disekolah anak saya gak ada. jadi semua balik lagi ke belajar bersama mamah. bukan guru.
Nah, di sini perlu sekali memahami makna belajar. Belajar nggak harus tugas,lho. Bahkan bisa belajar dari alam. Pembelajaran bermakna itulah yang harusnya diterapkan. Pembelajaran bermakna menyangkut 3 hal yaitu kontekstual, relevan, dan dan konkret
Gak kebayang beratnya beban guru saat pandemi, orang tua yang mendampingi belajar satu orang anaknya saja metasa kerepotan, ini satu gru mengahadapi banyak murid yang saya tangkap dan antusiasme yang berbeda beda.
Semua jadi kangen kehidupan normal
Iya, Mbak. Sebuah tantangan bagi guru agar bisa memahami murid dengan karakter yang berbeda. Inilah tugas berat guru. Selain mengenali, memahamai, dia memberikan perlakuan yang tepat untuk murid. makasih atas komentar Mbak.
Bener banget nih, saya berusaha sebelum mengajar persiapan dulu, termasuk soal menggenjot semangat agar siswa yang diajar juga ikutan semangat pak
Iya, Mbak. Gurunya kudu ‘berisi’ dulu supaya bisa mengisi murid. berbagi inspirasi ke murid.
Eh aq pikir Supadillah ini perempuan.. hehe maaf kan ya mass.. wkwkwk tetep semangat belajar daring nyaa..
Hihi..iya mbak. aku udah sering dikira perempuan. hehe
Haha… bisa aja Koh ini. Udah lama di rumah emang sih pada kangen tatap muka. semoga pandemi lekas berlalu. Aamiin
Esensi dari pembelajaran, adalah guru mampu menyelami minat dan cara penyampaian yang efektif kepada anak didiknya… Pandemi ini kadang terbalik, justru anak didik yang melek teknologi, tetapi guru old-school yang ngga mau adaptasi.
Iya mas, maklum gurunya generasi milenial bahkan generazi X yang mengalami peralihan dari manual ke digital. jadinya banyak yang masih terkendala. tapi yang penting itu gurunya mau belajar.
wah, saya mbayanginnya repot juga nih para guru…
belum kalo guru juga punya anak yang butuh pendampingan di masa sekolah daring…
salut deh buat para guru..
Yup.. belajar dan memgajar di masa pandemi ini butuh formula khusus baik bagi murid dan gurunya… sabar2lah ya … sampai kita bisa melewati pandemi ini dengan baik